CERITA II
Oleh Mohammad Zuhry
Jangan pernah membatasi
cinta agar tidak penah bosan mencintai
Tetapi terhadap
kepuasan maka perlu kiranya untuk membatasi,
Ambisi-ambisi terhadap
kenyaman akan menjadi sandra pada ketenangan
Sedangkan menikmati
adalah cara mudah menemukan pencarian.
Alam mempunyai hukum,
begitu kehidupan mempunyai ruangnya sendiri
Jika menanam di tempat
yang benar, maka kebenaran yang akan tumbuh
dengan tetap mengingat
tanaman maka cukup memberi nutrisi.
Terkadang memasrahkan
pada tanah yang mengolahnya itu gampang.
Yang sulit memasrahkan
pada hukum kehidupan,
Terlalu banyak kepuasan
yang ingin instan dalam ambisi yang tak sadar kalau lagi buta.
Dan gelap di luar maka
semakin gelaplah melihat kedalam.
Saya lagi berjalan di
pinggir danau dan terlihat seorang anak muda yang baru kemaren memakai toga
akan legimitasi keilmuannya dan dia sedang memaki orang lain yang lebih muda
dengan keilmuannya. Terdengar seperti dia menyalahkan seorang tersebut yang
mana dia hanya tersenyum karena dia hanya seorang yang aku kenal sebagai petani
yang rajin akan mencari segala apa yang ingin di ketahuinya. Terdengar sepintas
dia mengatakan kata bodoh berulang kali. Setelah sekian kalinya si petani hanya
menjawab dengan 2 bait kalimat yang kemudian ia pergi meninggalkan si sarjana
kalimat itu “banyak orang yang terlalu pintar menilai orang lain, sedangkan dia
masih bodoh menilai dirinya sendiri”.
Disisi lain masih
berjalan ketemukan sebuah desa lecil dimana disitu ada sebuah kegiatan
masyarakat atau semacam bakti sosial, semua pada tersenyum seakan keringat
menjadi saksi akan kedaulatan sebagai rakyat yang merdeka. Tidak ada
kepulan-kepulan penyesalan yang tertiup dalam setiap hembusan jantungnya, yang
terlihat dia mereka seakan lebih hidup.
Dan kulihat dirumah
yang mewah pintu gerbangya tertutup rapat dengan mobil yang berjajar indah
didalamnya, kudengar irama keras terdengar mengusik lagu-lagu rakyat. Seorang menghampiriku
dan berkata, “saya sering mengajak mereka bersama, tapi saya sering kalah kata,
maklum aku hanya buruh bangunan yang kutahu hanya bagaimana membangun rumah
agar pemiliknya nyaman dengan harapannya”. Pengetahuan yang tinggi akan
tetaplah di kagumi, sementara implementasi pada kesejahteraan sosial itulah
bagian dari keistimewaan yang di rindukan setiap manusia.
Saya bertanya dan
meminta segelas air “dimana sumbernya?” sementara yang kutanyai adalah orang
yang masih haus dengan memegang gelas yang berisi penuh akan air. Tanpa kusadari
dia menyodorkan segenggam yang dimiliki orang tersebut. Dia memberi dengan
tenang seakan kebahagiaan telah di dapati, saya kebingungan dan disisi lain
saya bahagia karena kudapati air minumnya.
Setiap orang akan
merasa bahagia jika dia memiliki sesuatu yang di inginkan namun memberikan
sesuatu yang dimiliki terhadap orang lain adalah kebahgiaan yang lebih jika
kepasrahan atau keikhlasan adalah dasarnya. Disisi lain karena dia membantu,
disisi yang lainnya dia mendapatkan senyuman kebahagiaan dari penerimanya. Dan
semacam itu bukanlah sebuah kehilangan melainkan sebuah bibit baru yang kita
tanam, dan hukum kehidupan tetaplah berlaku,
bahwa akan tumbuh dan buahnya kita akan memakannya bersama baik dari
orang lain ataupun dari orang yang sama.
Sebuah kenikmatan kan
tetap nikmat tapi kenikmatan yang belum kita sadari akan menjadi kenikmatan
yang ternodai bukan dari siapa-siapa melainkan diri sendiri.
Membatasi sesuatu yang
tiada batasnya adalah kekeliruan, itulah sebab kedamaian tak pernah di dapati.
Dan tidak membatasi
yang harus di batasi itu keterlaluan, itulah kenapa kita dapati banyak luka di
dalam diri.
#KajianPkYai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar